Post Top Ad

Sabtu, 18 Mei 2019

Bahasa Indonesia Minat Bab 5

Puisi Lama dan Puisi Baru


Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mendayagunakan bahasa sebagai medianya. Puisi tercipta oleh seseorang yang terlatih dalam olah indra, rasa, pikiran, dan imajinasi. Sekian unsur tadi bergerak bersama. Namun demikian, tidak semua unsur tersebut memiliki porsi atau andil yang sama dalam melukiskan sebuah puisi. Saat tertentu, indra yang mendominasi dalam melahirkan begitu dan seterusnya. Atas dasar itulah lahir beberapa puisi yang bersifat sebagai berikut.
 Indratif (gambaran pengindraan, penglihatan, penciuman, pendengaran, dan lain-lain).
 Sensitif emosional (gambaran kepekaan perasaan).
 Sensitif intelektual (kepekaan berpikir).
 Imajinatif (ketajaman daya khayal atau cipta).
Berdasarkan bentuknya, puisi dibedakan atas puisi konvensional (lama) dan puisi inkonvensional (modern/baru). Nah, pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari pengertian, ciri-ciri atau karakteristik, macam-macam, contoh serta perbedaan puisi lama dan puisi baru. Untuk itu, silahkan kamu simak baik-baik penjelasan berikut ini.

Pengertian Puisi Lama dan Puisi Baru
Puisi lama atau puisi konvensional merupakan jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Dalam hal ini, yang tergolong di dalamnya adalah jenis-jenis puisi lama, misalnya pantun, syair, gurindam, bidal, talibun, dan banyak lagi yang lainnya.

Puisi baru atau puisi modern atau puisi inkonvensional adalah bentuk puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat puisi lama sehingga cenderung lebih bebas. Puisi baru berkembang dari puisi lama yang telah mendapat pengaruh dari luar, puisinya tidak terikat oleh aturan rima, jumlah baris, atau jumlah kata. Meskipun demikian, baik puisi lama maupun puisi baru di dalamnya masih terkandung ritme, rima dan musikalitas.

Ciri-Ciri Puisi Lama dan Puisi Baru
Ciri-ciri atau karakteristik dari puisi lama antara lain sebagai berikut.
 Terikat aturan atau pola tertentu.
 Umumnya merupakan puisi rakyat.
 Biasanya nama pengarang tidak diketahui.
 Umumnya merupakan sastra lisan.
 Disampaikan dari mulut ke mulut.

Sedangkan ciri-ciri atau karakteristik puisi baru antara lain sebagai berikut.
 Tidak terikat oleh berbagai aturan-aturan rima dan aturan puisi lama lainnya.
 Diketahui nama pengarangnya.
 Perkembangan secara lisan dan tertulis.
 Penggunaan majas yang dinamis/berubah-ubah.
 Biasanya menceritakan tentang kehidupan.
 Lebih banyak memakai sajak pantun dan syair.
 Bentuk yang lebih rapi dan sejajar.
 Rima akhir yang biasanya teratur.
 Setiap barisnya merupakan kesatuan sintaksis.
 Bentuknya rapi dan biasanya simetris.
 Mempunyai persajakan yang teratur di akhir.
 Kebanyakan mempergunakan pola sajak pantun dan syair.
 Sebagian besar puisi empat seuntai.
 Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra atau dengan istilah laih sebagai kesatuan sintaksis.
 Tiap gatranya terdiri atas dua kata dengan 4-5 suku kata.

Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru
Secara umum perbedaan antara puisi lama dan puisi baru dapat ditinjau dari segi irama, bentuk, penulis/pengarang, penyebaran, serta isinya. Berikut ini tabel perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
No.
Perbedaan
Puisi Lama
Puisi Baru
1.
Irama
Tetap, yaitu dua patah kata dalam sekali ucap.
Dinamis, mengikuti pikiran dan perasaan penulis.
2.
Bentuk
Terikat oleh aturan
Bebas, tidak terikat aturan
3.
Penulis
Tidak dikenal
Dikenal
4.
Persebaran
Secara lisan
Secara lisan dan tulisan
5.
Isi
Biasanya berupa nasihat
Curahan hati penulis

Jenis-Jenis Puisi Lama dan Puisi Baru Beserta Contohnya
Jenis-Jenis Puisi Lama
1. Pantun
Pantun adalah bentuk puisi lama yang memiliki sajak a-b-a-b. Dengan penggunaan sajak tersebut, tentu pantun sangat mudah dikenali. Dahulu pantun menjadi salah satu bentuk komunikasi antar orang baik melalui berbalas pantun atau melalui lagu. Perhatikan contoh pantun berikut ini.
Berakit-rakit ke hulu
Sampiran
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
isi
Bersenang-senang kemudian

Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati

Dari contoh pantun di atas, maka pantun memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut.
 Bersajak silang (a-b-a-b)
 Terdiri dari empat baris dalam satu bait
 Tiap baris terdiri dari delapan hingga dua belas suku kata
 Baris pertama dan kedua merupakan sampiran
 Pantun bersifat curahan perasaan atau pikiran
 Beris ketiga dan keempat merupakan isi

Berdasarkan isinya, pantun dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun nasihat, pantun adat, pantun agama, pantun dagang, dan pantun remaja. Berikut ini contoh masing-masing jenis puisi tersebut.
Pantun Jenaka

Pantun Teka-Teki
Ambil segulung rotan saga 
Sudah diambil mari diurut 
Duduk termenung harimau tua 
Melihat kambing mencabut janggut

Burung nuri burung dara 
Terbang ke sisi taman kayangan 
Cobalah tebak wahai saudara 
Makin di sisi makin ringan



Puisi Nasihat

Puisi Adat
Kalau keladi sudah ditanam 
Jangan lagi meminta talas 
Kalau budi sudah ditanam 
Jangan lagi meminta balas

Berek-berek turun ke semak 
Dari semak turun ke padi 
Dari nenek turun ke mamak 
Dari mamak turun ke bumi



Pantun Agama

Pantun Dagang
Cari lebah bersarang besar 
Jangan tersengat racun berbisa Janji 
Allah adalah benar 
Jangan tertipu kehidupan dunia

Hari gelap jangan bingung 
Niscaya kita cepat tidur 
Hati siap karena untung 
Jangan alpa panjatkan syukur



Pantun ramaja


Bukan kacang sembarang kacang 
Kacang melilit kayu jati 
Bukan datang sembarang datang 
Datang melihat isi jantung hati



2. Mantra
Mantra adalah puisi lama yang umumnya digunakan dalam upacara adat atau keagamaan. Mantra biasanya mengandung nilai atau kekuatan magis sehingga dapat menimbulkan efek atau kesan tertentu jika dibaca atau diucapkan. Beberapa ciri-ciri mantra antara lain sebagai berikut.
 Bersifat sakti
 Bersajak abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde
 Menggunakan bahasa khusus yang bersifat esoferik
 Cenderung lebih bebas dalam hal suku kata, baris atau sajak
 Biasanya digunakan dalam upacara keagamaan
Contoh mantra adalah sebagai berikut.
Hai dewa berotot besi
Bangunlah dengan kekuatan besimu itu
Wahai raja basa basi
Yang duduk dikerajaan paling tinggi
Bersandar ditiang besi
Memintamu untuk memberikan insan
Kuminta insan sedikitmu
Agar mendapatkan kekuatan otot besimu

3. Syair
Syair adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari empat baris isi dan memiliki sajak aaaa. Syair berasal dari Arab dan umunya berisi tentang kisah inspiratif atau nasihat. Adapun ciri-ciri syair antara lain sebagai berikut.
 Terdiri dari empat baris
 Bersajak aaaa
 Semua baris merupakan isi
 Umumnya berisi nasihat
Contoh syair adalah sebagai berikut.
Dengarkan wahai manusia,
Syair sederhana yang pernah ada,
Dalam dunia yang fana,
Mengenai penderitaan semua manusia,
Hidup ini hanya untuk beribadat,
Tidak hanya untuk melakukan maksiat,
Janganlah mengumbar syahwat,
Lakukanlah ibadah yang taat,
Jangan lupa untuk sholat,
Agar menjadi manusia yang bermanfaat,
Jangan lupa zakat dan sholawat,
Untuk mengaharapkan akhirat,
Tuhan tak pernah tidur,
Agar manusia gampang diatur,
Tuhan membuat hidup manusianya makmur,
Agar kita selalu akur,
Jangan lupa saat kita bahagia,
Apalagi saat mengalami duka,
Karena tuhan selalu ada,
Sebab Tuhan selalu mejaga umat umat-Nya,
Ya Allah ya Tuhan kami,
Ampunilah segala dosa kami,
Berilah segala pentunjuk untuk kami,
Untuk mendapatkan ridho Illahi,

4. Gurindam
Gurindam adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua baris tiap bait dan bersajak aa. Sama seperti syair, gurindam juga berisi nasihat atau petuah. Adapun ciri-ciri gurindam antara lan sebagai berikut.
 Terdiri dari dua baris
 Bersajak aa
 Biasanya berisi nasihat atau petuah
 Baris pertama merupakan persoalan atau masalah
 Baris kedua berisi jawaban atau akibat
Contoh gurindam adalah sebagai berikut.
Saat muda tidak sembahyang
Ketika tua akan terguncang

Jika tidak hormat kepada orang tua
Akan dijauhkan dari pintu surga

Sudah pagi masih tidur
Maka rejeki akan terkubur

Jangan suka bersikap kufur
Maka hidupmu tidak akan makmur

5. Seloka
Seloka adalah contoh puisi lama yang berasal dari Melayu. Seloka disebut juga pantun berkait karena pantun ini terdiri atas beberapa bait yang sambung-menyambung. Hubungannya sebagai berikut: Baris kedua dan baris keempat pada bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikian pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.

Seloka digunakan untuk keperluan menyindir, bersendau gurau atau mengejek yang diungkapkan dalam sebuah perumpamaan. Contoh seloka adalah sebagai berikut.
Sarang garuda di pohon beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah Tuan

Buah kemuning di dalam puan
Dibawa dari Indragiri
Putih kuning sambutlah Tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri

Dibawa dari Indragiri
Kabu-kabu dalam perahu
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang makhluk janganlah tahu

6. Karmina
Karina disebut juga pantun kilat. Jenis puisi lama ini memiliki isi yang sangat pendek dan digunakan untuk keperluan menyindir. Sajak karmina memiliki pola yang lurus atau aa. Beriku ini adalah contoh karmina.
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati

Pinggan tak retak, nasi tak ingin
Tuan tak hendak, kami tak ingin

Sudah gaharu, cendana pula
Sudah tahu, bertanya pula

7. Talibun
Talibun adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yaitu terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu terdiri atas enam baris, tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Contoh talibun enam baris:
Selasih di rimba Jambi
Rotan ditarik orang Pauh
Putus akarnya di jerami
Kasih pun baru dimulai
Tuan bawa berjalan jauh
Itu menghina hati kami

Contoh talibun delapan baris:
Pasir bulan dalam perahu
Berlabuh tentang batu bara
Berkiawan lalu ke tepian
Ketika menghadap kemudinya
Kasih tuan hambalah tahu
Bagai orang menggenggam bara
Rasa hangat dilepaskan
Begitu benar malah kiranya

Contoh talibun sepuluh baris:
Ditatah sarat bunga kondai
Bertikam berhulu gading
Terang bertirai sutra
Bersulam bersuji manik
Rendah beri berturab
Kebesaran basa nan empat balai
Tuan Pagi di padang ganting
Tuan Indomo di Siiroso
Datuk Machndun di Si Manik
Bendahara di sungai Tarab
Bidal merupakan jenis peribahasa yang memiliki arti lugas, memiliki rima dan irama, sehingga sering digolongkan ke dalam bentuk puisi. Dalam kesusastraan Melayu, bidal yang mengandung kiasan, sindirin atau pengertian tertentu. Bidal termasuk salah satu jenis sastra yang tertua. Secara teoritis, makna bidal seringkali disamakan dengan pepatah atau ungkapan. Dalam kehidupan sehari-hari, bidal mempunyai fungsi sebagai berikut.
 Sebagai media komunikasi. 
 Sebagai media pengajaran dan pendidikan. 
 Sebagai media untuk mengkritik. 
 Sebagai media untuk mengontrol dalam masyarakat. 
 Sebagai media untuk menunjukkan kebijaksanaan. 
 Sebagai media untuk melihat dan mengukur status seseorang
Contoh bidal adalah sebagai berikut.
Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
Tulus tangan dilakukan, lulus kata dilangkahkan.

Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Isinya
Berdasarkan isinya, puisi baru dibagi menjadi beberapa macam yaitu epigram, orde, hymne, balada, elergi, satire, dan romansa. Berikut ini penjelasan jenis-jenis puisi baru berdasarkan isinya tersebut serta contohnya.
1. Balada
Balada adalah contoh puisi baru yang menceritakan kisah tertentu. Balada memiliki ciri-ciri yaitu terdiri atas 3 bait dalam satu puisi, setiap bait terdiri dari 8 baris, memiliki pola rima ababbccb kemudian berubah menjadi ababbcbc. Adapun contoh balada adalah sebagai berikut.
Ibu burung dalam sebuah cemara
Dua anaknya saling menemani
Malampun datang untuk menemaninya
Saat itulah mereka diam dalam sunyi
Matanya berbinar meminta bantuan kami
Pergilah ia menelusuri setiap desa desa
Mempertaruhkan nyawanya
Untuk mempertaruhkan sesuap nasi

Sesuap nasi untuk anak anaknya
Demi tumbuh kembang burung burung mungil ini
Nyawanya menjadi taruhannya
Anak anaknya menerima makanan dengan senang hati
Tanpa ada perasaan iri
Itulah perjuangan ibu didesa
Hanya untuk mengambil makanan ini
Demi mereka dan anak anaknya

2. Hymne
Hyme merupakan bentuk puisi berupa pujian-pujian yang diberikan kepada dewa, Tuhan, tanah air, pahlawan, maupun almamater. Biasanya hymne dinyanyikan dengan irama yang sesuai. Contoh hymne adalah sebagai berikut.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

3. Orde
Orde sama seperti hymne karena di dalamnya terdapat pujian ataupun sanjungan. Puisi ini menggunakan bahasa yang resmi namun tetap anggung. Contoh orde adalah sebagai berikut.
Sahabatku...
Temanku dalam susah maupun senang
Penghibur ketika ku sedih
Kau sirnakan segala dukaku ini
Kau temani setiap langkahku
Kau temani pula dikala sedang suka
Sungguh baik hatimu
Sungguh besar segala pertolonganmu
Sungguh ikhlas hatimu
Jasamu akan kuingat selalu
Takkan hilang sampai terkekang waktu
Takkan hilang dari habisnya jaman
Sahabatku...
Terima kasih kuucapkan untukmu

4. Epigram
Epigram merupakan jenis puisi yang berisi tuntutan hidup. Contoh epigram adalah sebagai berikut.
Hari ini tak ada tempat lagi untuk bersembunyi
Tak ada lagi untuk berlari
meminta bantuan kesana kemari
Semua sudah terlambat
Jasa jasa penolongku
Jasa jasa yang menyinariku
Pergi tiada henti
Penyesalanku tiada henti
Barulah sadar dunia yang tak nyata ini
(mengingatkan kita untuk selalu beramal kepada orang lain selama kita masih hidup)

5. Romansa
Kata romansa berasal dari bahasa Prancis yaitu romantique yang berarti sifat indah dalam perasaan. Sesuai namanya, jenis puisi ini mengungkapkan rasa kasih sayang dan rasa indah sebagai lambang keindahan. Contoh romansa adalah sebagai berikut.
Hidup ini antara kau dan aku
Tiada orang lain diantara kita
Aku ialah kamu
Kamu ialah aku
Hidupku adalah bersamamu
Senyummu ialah kebahagiaanku
Sedihmu ialah sakitku
Cintamu adalah anugerahku
Karena kau...
Adalah kisah hidupku

6. Elergi
Berbeda dengan romansa, elergi merupakan jenis puisi yang berisi kesedihan. Jenis puisi ini merupakan wujud ungkapan kerinduan, kesedihan, duka, maupun kepergian seseorang yang tidak pernah kita inginkan. Contoh elergi adalah sebagai berikut.
Dalam perjalanan hidupku
Aku bersedih karenamu
Dalam lubuk hatiku
Aku selalu mengingatmu
Dalam ratapan tangisanku
Aku menyesal karenamu
Merenung atas segala perbuatanku kepadamu
Sesalku dan sedihku
Tiada lagi yang bisa kulakukan
Kumohon...
Kembalilah...
Kembali kepelukanku

7. Satire
Satire adalah jenis puisi yang berisi sindiran khusus ditujukan kepada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan atau jabatan tinggi. Contoh satire adalah sebagai berikut.
Lihatlah kami yang dibawahmu
Lelah dan letih adalah sahabat kami
Kerja keras adalah kesetiaan kami
Kurang ialah lebih kami
Kesusahan adalah kami setiap hari
Dirimulah
Yang bahagia diatas penderitaan kami
Bersenang senang diatas kerja keras kami
Berlebih lebihan diatas kurangnya kami
Kau tak pernah melihat kearah kami
Tak pernah peduli kepada kami
Kau bergembira diatas kesengsaraan kami
Kau tak berpihak kepada kami
Diatas bumi ini
Kezhaliman terjad

Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, puisi baru dibagi menjadi beberapa jenis yaitu distikon, terzina, kuatrain (kuartet), kuint (quin), sektet, septime, oktaf (stanza), dan soneta. Berikut ini penjelasan dan contoh masing-masing jenis puisi baru tersebut.
1. Distikon
Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris atau dengan istilah lain disebut puisi 2 seuntai. Contoh distikon adalah sebagai berikut.
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

2. Terzina
Terzina hampir serupa dengan distikon yaitu puisi yang tiap baitnya terdiri dari 3 baris atau dengan istilah lain puisi 3 seuntai. Contoh terzina adalah sebagai berikut.
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana

Dalam bahgia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari

3. kuatrain
Kuatrain juga hampir sama dengan distikon dan terzina yaitu pada baitnya terdiri atas 4 baris atau disebut puisi 4 seuntai. Contoh kuatrain adalah sebagai berikut.
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

4. Kuint
Kuint adalah jenis puisi baru yang terdiri atas 5 baris atau disebut juga puisi 5 seuntai. Contoh kuint adalah sebagai berikut.
Setiap detik langkahku
Ku selalu melihatmu
Perjalanan ini
Karena hanya wajahmu yang terlihat
Suami terbaikku

5. Sektet
Sektet adalah puisi baru yang terdiri atas 6 baris atau puisi enam seuntai. Contoh sektet adalah sebagai berikut.
Merindu Bagia
Jika harilah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih

6. Septime
Septime adalah puisi yang terdiri atas 7 baris atau puisi tujuh seuntai. Contoh septime adalah sebagai berikut.
Ku mencarimu
Mencari setiap langkahmu
Kau ada dimana
Kenapa sulit sekali untuk bertemu denganmu
Ku mengharapkanmu
Tuk selalu berjalan bersama
Mengaharapkan cintamu

7. Oktaf atau Stanza
Oktaf adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 8 baris atau puisi 8 seuntai. Contoh oktaf atau stanza adalah sebagai berikut.
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

8. Soneta
Soneta merupakan jenis puisi baru yang terdiri dari 14 baris, terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama terdiri atas 2 bait yang masing-masing bait terdiri dari 4 baris. Lalu bagian kedua terdiri atas 2 bait yang masing-masing bait terdiri dari 3 baris. Contoh soneta adalah sebagai berikut.
Perasaan siapa ta kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala

Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
11.34 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad